Monday, March 23, 2015

Situs Taruhan - Satu Arah Dan Machoisme Sepak Bola

Situs Taruhan - Satu Arah Dan Machoisme Sepak Bola - Karir Graeme Le Saux sebagai pesepakbola tergolong sukses. Ia memenangi Premier League tahun 1995 bersama Blackburn Rovers dan menjadi juara Piala Winners dan Piala FA bersama Chelsea tahun 1998 dan 2000.

One Direction dan Machoisme Sepakbola



Sebagai bek kiri, ia dipanggil ke timnas Inggris dan menjadi pemain reguler The Three Lions dengan jumlah 36 caps atas namanya. Ia bukanlah bek kiri terbaik yang dimiliki Inggris, tapi dibandingkan dengan nasib ribuan pesepakbola lainnya di ranah Britania, jelas karir Le Saux lebih bersinar.

Situs Taruhan


Tapi segala prestasinya tersebut tak serta merta membuat hidupnya sepi dari hujatan. Sepanjang karirnya Le Saux terus mendapatkan hinaan dan kecaman baik dari suporter lawan maupun dari sesama pemain. Gara-garanya adalah latar belakang Le Saux yang kurang sesuai dengan stereotype sepak bola sebagai olahraga kelas pekerja yang macho. 


Tidak seperti kebanyakan pesepakbola lain, Le Saux pernah menjadi mahasiswa jurusan ilmu lingkungan karena nilai-nilai bagus semasa SMA. Ia menyukai seni dan sastra serta gemar nonton teater. Ia adalah kutu buku yang fasih bicara berbagai isu aktual dari politik hingga ekonomi. Koran favoritnya adalah The Guardian, sebuah surat kabar progresif yang lebih banyak dibaca oleh kelas menengah terdidik. Le Saux adalah anti-tesis dari lads culture yang identik dengan alkohol, perempuan, dan sepakbola -- sebuah subkultur yang mengemuka pada periode 90-an di Inggris

Karena latar belakangnya ini, Le Saux kerap dituduh homoseksual dan mendapatkan penghinaan homofobik dari suporter lawan. Bahkan dalam sebuah pertandingan, striker Liverpool, Robbie Fowler membungkukkan badannya dan menunjuk ke arah bokongnya sebelum Le Saux mengambil tendangan bebas. 


Tentu saja tuduhan ini tidak tepat karena Le Saux adalah seorang heteroseksual yang mempunyai istri dan 2 orang anak. Tapi oleh publik sepak bola Inggris masa itu, Le Saux dianggap sebagai alien dengan atribut yang asing dari yang mereka kenal selama ini. Tak peduli betapa Le Saux selalu berjibaku di lapangan dengan berlari menyisir sayap kiri, melayangkan tekel keras, dan melepaskan umpan silang, bagi mereka yang kebanjiran hormon testosteron, Le Saux tak cukup jantan untuk bermain sepak bola.




Posted By:

Situs Taruhan

No comments:

Post a Comment